Popular Posts

Pengikut

Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

Pages

Membidik Bangunan dan Interiornya

Bangunan, termasuk gedung-gedung tua, merupakan salah satu objek pemotretan yang tidak kalah menariknya dibandingkan objek lainnya seperti pemandangan, manusia dan lain-lain. Selain objeknya yang beragam, gaya arsitektur megah yang melekat pada sebuah bangunan itu merupakan saksi sejarah yang senantiasa menarik untuk diabadikan. Persoalannya adalah bagaimana memindahkan rasa, juga suasana tiga dimensi bangunan itu ke dalam foto?
Foto arsitektur pada dasarnya mencakup dua bagian, yakni eksterior (luar ruang) dan interior (dalam ruang). Namun menurut fotografer arsitektur, Fendi Siregar, dalam arti yang lebih luas fotografi arsitektural juga sangat erat dengan lingkungan sekitarnya. Jadi bukan hanya sekadar bangunan atau ruang semata. Lingkungan yang terekam, misalnya kendaraan yang sedang lewat atau kabel listrik yang bergelantungan juga diperlukan.
Kebutuhan foto arsitektur tak pernah surut dari waktu ke waktu. Tujuan pembuatannya pun beragam, mulai dari untuk buku, majalah, company profile, kalender dan kartu pos. Foto di sini haruslah komunikatif dan informatif. Sedangkan untuk keperluan lain bisa lebih bebas dan ilustratif dengan bobot seni yang lebih tinggi.
Ada perbedaan point of interest serta tujuan yang hendak dicapai antara foto arsitektur dengan foto interior. Ahkamul Hakim, arsitek yang juga fotografer ini mengatakan, pada dasarnya foto arsitektur lebih menonjolkan konstruksi suatu bangunan serta fungsinya. Sedangkan untuk foto interior, bobot informasinya lebih detail pada suatu produk, warna dan bahan atau materi yang digunakan.
Dari sisi visual, foto interior memang sangat kaya akan permainan komposisi, garis, bentuk dan warna. Unsur-unsur ini membuat foto lebih harmonis apalagi bila kita dapat mengimbangi komposisinya. Tak jarang foto seperti ini nantinya menjadi acuan bagi yang melihatnya, misalnya untuk model ruangan, mebel yang dipakai, corak lantai dan masih banyak lagi.

Harus Peka
Hampir setiap bangunan memiliki kekuatan sendiri. Di sini seorang fotografer dituntut harus peka serta jeli melihatnya untuk kemudahan merekamnya ke dalam foto. Ada bangunan yang kuat pada detailnya atau sangat baik apabila difoto pada malam hari. Ada lagi yang kuat pada desain dan ornamennya. Adapula bangunan yang dirancang sangat minimalis namun dapat menimbulkan kekuatan spiritual yang sangat luar biasa.
Tugas fotografer di sini adalah memindahkan rasa, juga suasana tiga dimensi bangunan itu ke dalam foto yang dua dimensi. Namun di balik bangunan arsitektur yang memiliki kekuatan tadi, ada juga bangunan yang sangat lemah rancangannya. Bila keadaannya demikian, fotografer dituntut bekerja ekstra. Misalnya dengan menambah properti atau memberi efek secukupnya, tanpa harus menyimpang jauh dari keadaan sebenarnya.
Penting bagi seorang fotografer untuk memberikan gambaran yang jelas dan tepat tentang sebuah bangunan. Orang yang paling tahu tentang konsep bangunan itu adalah arsitek atau perancangnya. Untuk itu, bila memungkinkan, sebelum memotret, fotografer sebaiknya menyempatkan diri berbincang-bincang dahulu dengannya. Dari sana diharapkan keduanya memiliki persepsi yang sama. Misalnya konsep atau filosofi apa yang disukainya.
Namun adakalanya komunikasi langsung ini tidak dapat terwujud. Misalnya karena arsiteknya adalah orang asing (di luar negeri). Bila demikian fotografer dituntut untuk bekerja dan berpikir lebih berdasarkan informasi yang ada. Fotogrfaer di sini merupakan "jembatan" antara desainer dengan masyarakat pemirsa. Sebagai jembatan, jangan sampai fotografer justru mematahkan komunikasi yang seharusnya terjalin itu.
Sebagai fotografer boleh saja dia menambahkan unsur seni ke dalam foto yang dibuatnya tetapi jangan sampai mengaburkan atau membutakan tujuan utamanya. Tentunya di zaman foto digital seperti sekarang ini pekerjaan tersebut tampaknya akan menjadi sederhana. Artinya si fotografer tidak perlu repot-repot lagi memakai kamera khusus. Dengan kamera digital Anda dapat mengamati objek bangunan dengan menggunakan LCD secara nyaman. Dari LCD itu pula dapat dikoreksi setiap bidikan dan sekaligus mengontrol depth of field.

Cahaya Natural
Dalam pemotretan arsitektur, pencahayaan merupakan unsur penting yang tak boleh diabaikan. Perlu perhatian dan ketelitian tersendiri dalam hal ini. Untuk pemotretan arsitektural sebaiknya digunakan pencahayaan yang senatural mungkin. Kalaupun diperlukan cahaya artifisial, sebaiknya diperhatikan posisinya. Misalnya bagaimana keadaan cahaya sehari-hari. Di mana jendelanya? Jangan sampai jendelanya di mana tetapi bayangannya jatuh ke mana.
Untuk pemotretan di dalam ruangan, biasanya pemotret tidak terlalu mengalami kesulitan. Pasalnya para arsitek sudah memikirkan besarnya cahaya matahari yang masuk ke setiap ruangan. Untuk pemotretan rumah tinggal khususnya, cahaya alam membuat suasana lebih menarik. Dimensi dan nuansa ruangan pun lebih alami. Hanya jika diperlukan Anda perlu memakai lampu kilat fill in.
Meski demikian, lain halnya dengan objek seperti diskotek yang biasanya minim cahaya. Untuk pemotretan seperti ini setidaknya diperlukan lima atau enam buah flash. Tujuannya adalah mengangkat bagian yang terlalu gelap atau detail-detail berwarna hitam. Namun demikian, sangat penting membuat pencahayaan tetap seperti apa adanya. Kalau suasananya temaram, harus tetap demikian. Jangan sampai dibuat terang benderang. https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhHi39XZrNG4cPj6LVaOX-9YaDphzKQL6VJx6sH9f0y2UC_z5uPrBSvQjfKW5O-r93MCoC1Mla82yplDLMYLs_YtErvVgPejnEL563vlsw692j8Lf84gKeNfm3Khw47EIbJ7Q-Oee6MFc8/s1600/1008042p4urdd8dbq.jpg
Mengenai waktu pemotretan arsitektur, di dalam maupun di luar ruangan, sering sekali sangat bergantung pada waktu. Untuk pemotretan di luar ruang pukul 09.30 atau 15.00 sampai 17.30 merupakan waktu terbaik. Tingkat kekontrasan dan jatuhnya bayangan sangat baik pada jam-jam tadi. Sedangkan untuk pemotretan dalam ruangan, biasanya pekerjaan lebih pada koordinasi pengaturan waktu. Untuk kafe misalnya, waktu terbaik untuk memotret adalah pada saat ruangan masih sepi. Dengan begitu fotografer dapat bekerja dengan leluasa tanpa diganggu orang yang hilir mudik.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar